Hari itu adalah Selasa, 26 Januari 2010, di mana FIFA World Cup Trophy Tour sedang singgah di Indonesia, di Jakarta Convention Centre (JCC)  tepatnya. Saya bersama seorang teman kuliah saya, sebut saja Rina (emang Rina kok, bukan nama samaran) sudah merencanakan untuk datang ke JCC dan melihat trofi piala dunia itu secara langsung. Kami bertemu di kampus biru (Budi Luhur tercinta, dalam suka dan duka - Himne KMK BL), sekitar jam 1 siang karena untuk ujian online CISCO terlebih dahulu di laboratorium computer. Setelah saya melaksanakan ujian 4 chapter terakhir (Rina sih gak, katanya besok aja di rumah, masih sampe tgl 2 Pebruari ini kok, okelah), saya dan teman sekelas lainnya, Rina juga, menyampah dulu tuh di wall facebook-nya David (teman saya juga) karena ada comment pertamax dari dia-yang-namanya-tak-boleh-disebut. Hehehe jadi melantur.
Waktu menunjukkan jam 4 sore, saya dan Rina pun beranjak dari kampus ke arah Senayan, lokasi JCC berada, dengan kendaraan berwarna oranye bertuliskan 69 (red.- supirnya bukan pendukung belanda), lalu transit di  daerah pakubuwono dan melanjutkan perjalanan dengan bis berwarna hijau-kuning bernomor 102 (red.- bukan pemain brazil), sampai depan Hotel Mulia. Kemudian kami memasuki area Gelora Bung Karno dengan berjalan kaki, sebenernya kami salah turun tuh, seharusnya di depan Ex-Taman Ria aja, jalan kakinya jadi jauh banget deh.
Ya jam 4 lewat 30 menit kurang lebih. Sampai di depan JCC kami terheran-heran, kenapa ini orang-orang berkerumun di depan pagar JCC, kenapa pakai dipagari segala, kenapa tidak bisa langsung masuk saja, kenapa ticket boxnya tidak kelihatan, kenapa kok ramai banget, kenapa, kenapa, kenapa. Sambil mencari tahu apa yang terjadi, kami berjalan mengitari JCC sampai ke food court (letaknya liat di denah) dan beristirahat duduk sejenak di situ sambil menunggu teman-teman Rina dari United Indonesia.
Sekitar jam 5 teman Rina bernama Steven datang dan masih menunggu satu orang lagi. Karena masih penasaran dengan situasi kami bertiga bertanya pada salah satu crew yang sedang merapikan meja (mas-masnya ramah). Katanya, ternyata tadi siang itu sempat terjadi semacam keributan, makanya penjualan tiket yang akan ditukar kartu tanda masuk ditutup sementara dan JCC diamankan oleh security mulai dari pagar JCC, jadi pengunjung yang belum membeli tiket tidak boleh masuk kecuali yang sudah mendapatkan tanda masuk, seperti undangan dari sekolah-sekolah, dll. Penjualan tiket dibuka lagi jam 6 sore. Baiklah kami pun menunggu satu jam lagi.

Tik..tok..tik..tok..

Sudah hampir pukul 6 sore. Kami bertiga mengecek ke pintu pagar. Situasi makin ramai. Kami bertanya pada bapak security penjaga pagar, katanya tiket di dalam sudah habis. Ah! Tapi kami masih ber-positive thinking saja, mungkin bener setelah jam 6 sore tiket ada lagi.
Menunggu pagar dibuka, mengamati situasi sekitar. Ternyata ditemukan juga banyak calo berkeliaran di sana. Astaga dragon! Event yang hanya sehari ini pun sempat dijadikan ladang pencarian uang bagi calo liar, cepat tanggap sekali. Hebatnya penghasilannya sangat tidak sedikit. Mereka menjual kartu tanda masuk dengan harga  20.000, 30.000, dari harga asli 15.000 rupiah. Penampilan calo sekarang juga tidak kacangan seperti mamang-mamang ojek gtu, tapi dengan kemeja, ibu-ibu juga ada. (maaf ga sempet foto calonya)

Jam setengah 7 sore kira-kira, satu lagi teman Rina bernama Pelangi tiba. Hai! Dia pun bertanya mengenai situasi yang terjadi di medan ini. Ngobrol, ngobrol, ngobrol sambil menunggu, menunggu, menunggu pagar dibuka dengan lesu dan pegal. Sudah jam 7 lewat nih. Lalu tiba-tiba saja pagar dipasang tulisan “Maaf Tiket Habis” oleh panitia. What?! That's it?! Jadi benar tiket habis?! Lalu bagaimana nasib pengunjung di sini yang sangat ingin masuk?! Mengapa pemberitahuannya baru sekarang dan hanya tulisan begitu saja! Ah! Payah! Kami kurang beruntung!

Beberapa orang yang tadinya bersabar menunggu pagar dibuka akhirnya mulai membeli tanda masuk di calo walaupun harus merogoh kocek lebih banyak. Tapi setelah makin membludak massa yang ingin masuk dan sudah mempunyai kartu tanda masuk, security pun terlihat hanya membolehkan masuk pengunjung dengan kartu tanda masuk yang bertali merah, sementara di calo banyaknya menjual yang warna kuning. Jadi, calolah yang membuat tiket yang ditukarkan dengan kartu tanda masuk bertali kuning habis.

FYI, menurut pengamatan saya (mungkin agak kurang akurat), kartu tanda masuk itu dibagi menjadi beberapa kategori dilihat berdasarkan tali kartu tanda masuknya. Warna kuning untuk umum on-the-spot dan pelajar, warna merah untuk umum special (menang kuis, dll), warna hitam untuk crew, warna abu-abu untuk VIP, warna hijau untuk committee, dan warna merah bertuliskan Coca-Cola untuk All Access bagi panitia dari FIFA sendiri.

Jam setengah delapan lewat, pengunjung makin brutal saja. Tidak lama kemudian… Hore! Pagar pun terbuka! Entah akhirnya panitia menyerah dengan membukakan saja pagarnya atau emang dijebol massa. Hehehe yang penting bisa lewat pintu tahap awal. Lalu kami berempat yang hanya mengamati saja kebrutalan massa tadi, ikut berjalan masuk deh ke depan gedung JCC. Situasi berikutnya yang kami dapat di sana, semua pengunjung berkartu tanda masuk diperkenankan mengantri di depan pintu kaca untuk masuk ke dalam, dengan mengisi dulu data diri yang ada dibalik kartu tanda masuk lalu diserahkan ke petugas di tempat penukaran tiket. Oh…ternyata semua kartu tanda masuk boleh ikut. Kami pun akhirnya (terpaksa) membeli tiket di calo depan tadi dengan harga 20.000 rupiah. Okelah. Seharga tiket nonton 21.

Antri lagi. Satu hal yang baik di sini dalam hal antrian, wanita dan anak-anak dipersilahkan baris terpisah dari pria, agar bila terjadi desakan, dorong-dorongan, atau keributan wanita dan anak-anak tidak menjadi korban. Maka saya, Rina, dan Pelangi pun terpisah barisan dengan Steven.

Tik..tok..tik..tok.. (sambil berdiri mengantri dan bercanda, kaki pegal nih, sementara pengunjung terus mendesak dengan teriakan agar bisa masuk)

Kabar baik, sekitar jam setengah 9 pengunjung yang sudah mengantri dipersilahkan masuk sedikit demi sedikit berkelompok agar teratur. Pengunjung juga diberi himbauan dari panitia agar tetap tertib, karena ini adalah event internasional yang menjadi sorotan publik di seluruh dunia, sehingga image Indonesia harus dijaga baik.

Akhirnya… saya bertiga bisa masuk juga ke dalam JCC. Fiuh! Di dalam lobby kami dibagikan guide book berisi denah ruang. Sekali lagi diingatkan untuk tetap tertib.


 Ruangan pertama bertajuk Indonesia Soccer Corner yang berisi sejarah dan perkembangan persepakbolaan di Indonesia, berupa foto-foto, dan ada juga games-games. Entah kenapa peminat di ruangan ini sedikit. Lalu kami harus mengantri lagi untuk memasuki ruangan selanjutnya dengan judul South Africa. Ruangan ber-background hutan Afrika ini bermaksud memperkenalkan Afrika Selatan lebih dekat lagi sebagai negara tuan rumah Piala Dunia 2010. Di sini ada boneka mascot Piala Dunia 2010 berbentuk macan tutul bernama Zakumi . Ada juga gambar peta daerah-daerah di Afrika Selatan. Eh di sini kami bertiga bertemu Steven lagi lho. Selanjutnya kami berempat mengantri untuk ke Stadium untuk merasakan hingar bingarnya stadion sepak bola. Ruangan ini dipenuhi nuansa di dalam stadion sepak bola dengan lapangan hijau, dengan berhiaskan sebuah gawang, dan dinding bergambar supporter yang tampak sedang seru menyaksikan pertandingan. Bola-bola sepak dari setiap Piala Dunia 4 tahun sekali pun turut dipamerkan di sini. Di sini ada pula games untuk ndapatkan souvenir cantik dari Coca-Cola, di mana beberapa pengunjung harus mengikuti gerak mbak-mbak dancer dengan diiringi soundtrack Piala Dunia 2010 dari K’Naan berjudul Wavin’ Flag. Kocak deh! Kemudian, antri lagi untuk memasuki ruangan 3D Movie. Namun, sayang sekali kami kurang beruntung lagi, karena sudah larut malam (sekitar jam setengah 10) pihak panitia mengarahkan kami untuk langsung ke Trophy Room, kami pun tidak kebagian untuk menonton film 3D dari Coca-Cola, mungkin nanti jadinya terlalu lama sementara di belakang masih banyak pengunjung. Okelah.




Trophy Room, inilah yang ditunggu-tunggu, melihat trofi Piala Dunia secara langsung. Dan serunya bisa foto bersama trofi juga lho, tentunya dengan antri. Ada beberapa peraturan. Waktu foto, dilarang menyentuh trofi (walaupun di dilindungi balok kaca lho), tidak boleh bergaya narsis, barang bawaan wajib dititipkan ke panitia, naik ke atas panggung jalan perlahan agar tidak menggeser kedudukan trofi. Tiba giliran saya… Jepret! Gak ada 10 detik saya berada di atas panggung. Cepat sekali. Lalu hasil foto langsung dapat diambil di ruang sebelah sambil dilakukan pengguntingan kartu tanda masuk oleh panitia. WOW! Foto kilat! Hasilnya not bad

Nah, seharusnya kami juga mendapat sebotol Coca-Cola 500ml, tapi sekali lagi, lagi-lagi  kami kurang beruntung tidak mendapatkan sebotol Coca-Cola dingin itu. Hah….

Jam 10 malam, kami segera keluar gedung JCC, tapi tidak boleh lewat pintu depan, lho kok?! Aha, mungkin karena masih banyak pengungjung yang lebih kurang beruntung dari kami di depan sana jadi takut menimbulkan kecemburuan sosial, bagian lobby pun sudah sedikit dibereskan. Kami keluar lewat pintu belakang JCC. Duh! Ini di sebelah mana ya? Mau pulang ke arah mana ya? Berpikir sejenak, ternyata ini di daerah Gatot Subroto, lalu kami menyeberang karena hendak naik bis ke arah Semanggi. Di sini saya dan Rina berpisah dengan Pelangi dan Steven. Mereka naik bis 46 Cawang-Grogol duluan dan turun di Semanggi untuk pulang ke daerah Sunter. Saya dan Rina menunggu bis P37 ke arah Blok M. Ditunggu-tunggu, kok lama ya? Kurang beruntung yang terakhir. Jam setengah 11. Alhasil kami naik bis 46 juga dan turun di Semanggi dan segera naik ancot C01 yang ke arah Ciledug (WOW, C01 sampe Semanggi juga lho!). Jalanan sangat lancar. Turun di Seskoal, Ciledug, Saya dan Rina berpisah. Rina pulang ke rumahnya dan saya meneruskan dengan ancot C05 ke arah Ceger, Pondok Aren. Wah, hujan rintik-rintik ternyata, untung saya bawa payung jadi ga sia-sia deh. Hehehe. Turun depan gang ke rumah. Tada… Jam 11 malam sampai di rumah dengan selamat. Thanks Jesus! :)

Kesimpulan:

What an unique day! Diwarnai dengan antrian-antrian dan beberapa kekurang beruntungan. Seru juga.  Lelah iya. Lapar iya. Pegal-pegal iya. Duit habis iya. Senang iya. Teman baru iya. Yang terpenting, bisa lihat langsung dan foto dengan trofi Piala Dunia YESSSSS!




XOXO

1 Comment:

  1. alfrina said...
    seru tapi kan nisss ?? jgn kapok2 ya jalan2 sm gw ... :D

Post a Comment